Senin, 14 September 2015

KUMPULAN CERITA GAY


Nasib Anak Kost, Part 2 (gayung bersambut)


Nasib Anak Kost, Part 2 (gayung bersambut)
(Sedikit dari cerita yang lalu : Beberapa hari kemudian, pagi-pagi, waktu saya lagi asyik mandi sambil membayangkan Ary dan apa yang dia kerjakan malam itu, kontol saya ngaceng tanpa dikomandoi. Nggak tahan aku langsung menyabuni wilayah kontol dan sekitarnya. Pas lagi asyik-asyiknya melayani diri sendiri, tiba-tiba Ary masuk. Saya nggak sempat lagi berbalik. Dia sempat melihat aku dengan kontol ngaceng dan daerah genital penuh dengan sabun ! Kontolku langsung lemes, tapi dia bilang "Terusin aja Lex, aku biasa kok ngeliat orang onani" Wah, apa artinya tuh ...........)
Aku nggak tau apa yang musti dikerjakan. Apa itu suatu sign positif atau hanya akal-akalan dia untuk ngetes saya aja. Apa dia menduga bahwa saya ini seorang G, lalu dia mau mastikan hal itu untuk kemudian menmpermalukan saya di depan orang lain seperti yang sering saya orang lakukan terhadap kaum kita ? Atau memang dia sering ngeliat orang masturbasi ? Tapi di mana dan dalam keadaan bagaimana ?
Ary masih mengenakan celana favoritnya yang komprang dan setinggi setengah paha itu. Cuma bedanya dia pakai T-shirt pagi itu. Dengan tenangnya dia menuju pispot di pojok kamar mandi, menurunkan celana komprangnya sedikit, dan menarik keluar senjata rahasia dari dalam Cdnya (seperti biasa, elastiknya disangkutin di bawah bijinya yang berbulu itu). Barang itu, ya barang itu yang saya saksikan dari ketinggian beberapa malam yang lalu, saat ini ada di depan mata saya dan ada dalam jangkauan tangan saya. Ah, andai saja saya bisa memegangnya saat ini...........
Dari samping, barang itu keliatan besar juga, walaupun dalam keadaan lemes. Kontol saya langsung agak ngaceng lagi ngeliat pemandangan seperti itu. Selesai pipis, dia kembalikan penisnya ke dalam sarangnya. Dinaikkannya celananya lalu sambil menghadap saya, seperti biasa juga, dia betulin posisi kontol di dalam celananya lalu dia siap-siap ke luar kamar mandi. Waktu ngeliat barang saya yang agak ngaceng itu dia hanya komentar , " Wah, kontolmu gede juga ya !!!"
Malu, aku berbalik. Saya kira dia langsung ke luar, nggak taunya dia malah mendekati saya. Dia memeluk saya dari belakang, tangannya memeluk perut saya. Persentuhan bulu di perut saya dengan tangannya membuat saya merinding dari kepala sampai ujung kaki saya. Badannya nempel rapet ke bagian belakang badan saya. Saya merasa panas dingin dan gemetar. No way out, no way to turn back. Saya biarkan saja dia begitu. Pantat saya merasakan ada barang yang mengeras di dalam celananya. Terasa lebih panas dari pada bagian tubuhnya yang lain yang nempel di punggung saya.
Lalu pelan-pelan tangan kirinya merayap menuju ke atas. Digosok-gosoknya dada saya yang kebetulan juga berbulu, lebih lebat dari yang dia punya. Agak geser ke samping, dia temukan puting susu saya. Dia meremas-remas dan memijit-mijit puting itu, bergantian kanan dan kiri. Sementara tangan kanannya bergerak ke bawah dan tiba di pangkal penis saya. Tangan itu terus menuju ke bawah dan sampai di kantung pelir saya. Jari-jarinya bermain-main di seputar kantung itu. Menarik-narik, mengukur-ukur besar kedua biji saya.
Kontol saya sudah ngaceng sengaceng-ngacengnya. Panjangnya sudah mencapai maksimumnya (16 cm, kalau mau tau !) Rasa malu dan takut itu hilang entah ke mana. Pokoknya yang penting hepi ..... Que sera sera ..........
Lalu tangan kanannya itu mulai bergerak ke atas. Disusurinya permukaan bawah kontolku sampai ke perbatasan batang dengan kepala burung (wah, seperti pelajaran mengenai pulau Irian saja !). Jari-jarinya menari-nari di situ. Gila, rupanya dia tau persis tempat paling enak untuk dimanipulasi.
Tangan kirinya nggak sabar langsung ikut bergabung. Dengan gerakan cepat diambilnya air dalam gayung, tangan kirinya meraih sabun yang lalu dicelupkannya ke dalam gayung itu. Masih dengan sabun di tangan, tangan kirinya langsung menuju sasaran. Digosok-gosokkannya sabun itu ke kontolku, lalu ke bulu-bulu baokku. Setelah menyimpan sabun, diambilnya sedikit air lalu diusapkan ke regio genitaliaku yang sudah penuh dengan sabun. Dikisik-kisiknya baokku seperti sedang mengeramasi daerah itu. Dibikin begitu, daerah itu jadi penuh dengan busa sabun, memudahkan jari-jarinya waktu dia mulai mengocok batangku. Tangan kanan dan kirinya bergantian menyusuri batangku dari mulai ujung kepala sampai pangkalnya, kemudian naik lagi ke kepala dst.
Makin lama gosokan dan kocokannya makin cepat, nafasku memburu, kudengar juga nafasnya memburu di belakangku. Saya mulai mengerang dan melenguh-lenguh keenakan. Saya merasa pinggulnya menggesek-gesek pantatku, dari kiri ke kanan, kemudian ke kiri lagi, terus ke kanan lagi. Begitu seterusnya.
Lalu pada satu titik, saya tidak bisa kembali lagi. Kedua tangan saya menjulur ke belakang, mencengkeram erat pantatnya dan dalam hitungan detik meriam saya memuntahkan larvanya yang berwarna putih susu ke lantai bursa ..... eh, lantai kamar mandi. Tanpa bicara si Ary cuci tangan, lalu menyiram kakinya dan keluar dari kamar mandi. Apa dia juga menikmati sequel ini, saya nggak tau. Apa dia juga keluar saat ini, saya juga nggak tau. Beberapa hari saya menghindar pertemuan dengan dia. Malu, sungkan dan lain-lain perasaan bersatu.
Hanya satu hal yang pasti, saya musti balas kebaikannya ini. Tapi gimana caranya ???

Nasib Anak Kost (mana tahan) Part 1


Nasib Anak Kost (mana tahan) Part 1
Saya mahasiswa tingkat 3 sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung. Karena saya bukan asli orang Bandung, saya tinggal di sebuah rumah kost khusus cowok. Kamarnya ada 10, penghuninya juga 10 orang. Kebetulan mahasiswa semua.
Salah satu hal yang saya sukai dari tempat kost saya adalah kamar mandinya. Bukan karena bersih atau higienisnya. Bukan juga karena desain, warna cat atau karena sebab yang lainnya. Yang aku sukai dari kamar mandi itu adalah jumlahnya. Ya, jumlahnya yang hanya 3 buah itu membuat kami harus berbagi kamar mandi. Anda bisa bayangkan apa yang pasti terjadi kalau orang 10 harus berbagi 3 kamar mandi. Yang paling heboh kalau pagi-pagi semua ingin pakai kamar mandi. Kadang-kadang kami 'terpaksa' mandi bareng untuk menghemat waktu. Sebetulnya saya senang aja kalau harus mandi bareng. Justru itu yang saya tunggu. Kapan lagi bisa ngeliat onderdil orang kalau nggak 'terpaksa' begitu. Belum lagi kalau kita lagi mandi, tiba-tiba ada orang yang nggak tahan ingin kencing langsung bergabung dan dengan santainya mempertontonkan wilayah rahasianya.
Di antara 9 orang teman kost saya, ada 1 orang yang jadi "man of my dream". Namanya Ary, kamarnya pas sebelahan dengan kamar saya. Orangnya keren, rambut berombak agak panjang, kulitnya putih mirip Indo, tingginya 180-an, bodinya terpelihara karena dia rajin olah raga dan hobinya pakai jeans ketat yang menonjolkan dengan jelas kelakiannya. Kayaknya sih barangnya besar banget!
Kami sesama penghuni rumah kost sering ngobrol. Sekali di kamar satu, lain kali di kamar yang lain. Juga saling pinjam kaset dll. Saya paling senang ngobrol dengan Ary, apalagi di kamarnya sendiri. Soalnya dia selalu hanya pakai celana gombrang setengah paha tanpa apa-apa lagi kalau sedang di kamarnya. Saya bisa puas memandangi bodinya yang berisi, dadanya yang full otot. Yang lebih nggak nguatin adalah bulu-bulu hitam halus di dadanya. Kalau sedang kebetulan celananya agak melorot saya bisa lihat sebagian bulu baoknya (begitu orang Bandung nyebut bulu genital/jembut) yang berbaris rapi menuju udelnya. Kadang-kadang dia juga nggak pakai celdal di bawah celananya itu sehingga kalau dia jalan saya bisa dengan jelas melihat sesuatu yang 'gundal-gandul' di dalamnya. Nah kalau pas gitu, kalau sedang beruntung, waktu dia sila atau mengangkat sebelah kakinya saya bisa liat bijinya yang tertutupi bulu hitam. Mana tahan......... Sayangnya cuma segitu aja yang bisa saya liat selama ini. Saya berharap dan berusaha untuk bisa melihat lebih jauh lagi.
Sejauh ini dia nggak pernah menunjukkan gejala dia itu gay, walaupun kalau ngobrol dia nggak pernah nyinggung-nyinggung masalah cewek, apalagi cerita mengenai ceweknya. Aku mau tanya, takut patah hati kalau tau dia suka cewek atau punya pacar. Jadi saya anggap aja dia itu 'mengandung harapan'
Yang jelas, dia nggak pernah keliatan keberatan kalau saya pandangi badannya sambil ngobrol. Malahan sering kali dia seperti sengaja (aku ge-er kali ya !) mengangkat kakinya supaya saya bisa lebih jelas melihat anatomi tubuhnya, atau berkali-kali membetulkan letak penisnya di depan mata saya. Kalau nggak kuat nahan, kadang-kadang saya 'dengan tidak sengaja' menyentuh badannya atau kakinya atau mana aja, yang penting bisa megang dia. Mau mencoba lebih jauh, takut. Beberapa kali pernah saya mencoba lebih jauh kepada lelaki lain yang saya sukai, yang saya dapat cuma pandangan jijik dan selanjutnya penghindaran. Belajar dari pengalaman, saya nggak mau lagi begitu. Jangan sampai saya nggak bisa lagi ngobrol di kamarnya dan memandangi bodinya.
Terhadap si Ary ini paling maksimal juga saya hanya berani mijetin tengkuknya kalau dia mengeluh nyeri kuduk. Memang satu kelebihan saya adalah pintar memijat (it will be my entrance door in my next story about Ary and me). Sebenernya memijat buat saya seperti simbiosis mutualisme (kata pelajaran Biologi). Yang dipijat dapat enak, aku dapat kesempatan megang-megang badan laki-laki. Kadang-kadang saya dapat kesempatan mijitin orang sampai nyerempet-nyerempet daerah bahayanya, walaupun saya harus berusaha mati-matian untuk tidak menyentuh wilayah terlarang itu. Lagi-lagi dengan alasan takut dihindari orang.
Kembali ke masalah Ary. Satu-satunya jalan untuk bisa melihat dia lebih jauh (maksudnya melihat dia 'totally naked') adalah mencari kesempatan mandi bersama. Beberapa hari saya pelajari pola hidupnya, kapan dia bangun, kapan dia mandi, kapan dia pergi, kapan dia pulang dll. Sayangnya sampai saat ini saya nggak pernah berhasil satu kamar mandi dengan dia. Dia selalu mandi sebelum saya bangun atau pergi kuliah nggak pake mandi.
Saya putar otak, mikirin gimana caranya bisa melihat dia telanjang. Suatu sore, sambil mikir-mikir cara melihat dia telanjang, saya terlentang di kasur memandang langit-langit. Eh, nggak taunya ada jalan ! Ternyata di langit-langit kamar saya ada jalan untuk masuk ke para-para (ruang antara genteng dan langit-langit). Selama ini nggak gitu keliatan karena memang sedikit tersamar.
"Nah, ini dia jalannya!!", kataku. Saya coba dorong-dorong, penutup itu terbuka. Kepala saya melongok ke dalam para-para, lalu saya pun menyusun rencana ........
Besok paginya sengaja aku nggak masuk kuliah. "Pusing", begitu alasanku. Setelah semua orang pergi, mulailah aku melaksanakan rencana itu. Dengan membawa paku, sekrup dan obeng saya naik ke para-para, menuju atas kamar Ary. Saya mencari tempat yang cocok, pas di atas kasurnya, lalu saya mulai melubangi langit-langit kamarnya. Tidak terlalu besar sehingga dia tidak akan curiga, tapi cukup besar untuk mengawasi apa yang terjadi di bawah sana. Pulang dia nanti saya akan buru-buru masuk kamarnya, pura-pura pinjam kaset, sambil membersihkan debu dan kotoran yang mungkin jatuh di atas kasurnya.
Ternyata semua sesuai dengan rencana!
Maka mulailah pengembaraan malam saya di atas para-para. Dua-tiga-empat malam berlalu tampa kejadian berarti. Saya hanya bisa liat dia tidur dengan pakaian hariannya - ya itu kolor doang !!
Lalu pada malam ke lima, waktu saya mulai bosen, tibalah saat yang ditunggu-tunggu itu. Malam itu, ketika saya dengar dia menuju kamar mandi untuk sikat gigi dan persiapan tidur, saya segera naik. Nggak lama dia kembali. Saya dengar dia mengunci kamarnya. Dia naik ke atas kasurnya. Dan - duh aduh - malam ini dia pakai sesuatu yang di luar kebiasaan. Dia hanya memakai celana dalam brief warna putih. Jendolan di depan cdnya jelas terlihat dan besar sekali. Rambut-rambut genitalnya tampak lebih banyak. Wah, pokoknya bikin hatiku nggak karuan deh.
Dia bawa buku bergambar di tangannya. Mula-mula dia baca sambil telungkup. Agak kecewa juga saya, karena hanya bisa terbatas melihat bodinya. Kayaknya sih buku porno, karena gambarnya seperti gambar orang-orang telanjang (nggak terlalu jelas karena agak kecil). Nggak lama dia terlentang. Kepalanya diganjel bantal 2. Tangan kanannya tetap memegangi buku, sementara tangan kirinya mulai menyusup ke dalam celdalnya. Digosok-gosokkannya tangan itu di dalam. Tampak dia menikmati sekali kegiatan itu. Lalu dia tampak mengeluarkan tangannya dari dalam cd nya. Pemandangan menjadi tampak lebih indah karena ternyata dia melintangkan penisnya ke arah kiri di dalam cdnya. Keliatannya sih udah tegang banget dan besar banget. Ujungnya tampak sampai ke pinggir pinggulnya. Dia gosok-gosok barangnya dari luar cdnya sambil terus melihat-lihat buku itu. Tiba-tiba dia lemparkan bukunya ke sudut kamar.
Kedua tangannya sekarang bergerak ke daerah kemaluannya. Digelitikinya penisnya dengan kedua tangannya itu, lalu tangan kirinya menyusup masuk ke daerah sasaran dan menarik penisnya hingga mengacung ke arah pusar. Saya bisa liat sebentuk cendawan yang besar berwarna agak kemerahan mencuat di atas elastik cdnya. Waduh, besar bener kontolnya sampai2 celdalnya nggak muat ! Ujung kepalanya sampai hampir setinggi udelnya. Masih dengan tangan kiri, dia mengusap-usap kepala itu, terutama di seputar pinggiran kepala. Lalu dia elus-elus daerah bawah kepala pas pertemuan kepala dengan batangnya yang berbentuk V terbalik. Saya nggak kuat membayangkannya, karena di situlah daerah sasaran terenak kalau saya sedang melayani diri saya sendiri. Nggak lama dia turunkan elastik cdnya dan dikaitkan di bawah bijinya. Wow, tampak jelas sekali penisnya tegang dan besar. Mungkin lebih dari 19 cm. Dan bulu-bulunya lebat sekaliiii, sampai ke biji-bijinya! Diusap-usapnya batang dan bijinya. Matanya keliatan merem melek keenakan. Kemudian dia menarik botol Vaseline Intensive Care dari bawah bantalnya.
Dituangkannya ke atas penisnya, lalu kedua tangannya mulai mengelus-elus burungnya dari ujung kepala menuju ke pangkalnya. Bergantian tangan kiri dan kanannya mengelus-elus kontolnya. Mula-mula daerah kepalanya doang, lama-lama diurut sampai ke bijinya. Kadang-kadang dia mengkonsentrasikan usahanya di daerah seputar kepalanya. Nafasnya keliatan mulai memburu. Nggak lama kemudian dia turunkan celdalnya sampai lutut kemudian kedua kakinya membantu melepas cdnya sama sekali sehingga dia bugil sebugil-bugilnya. Dia mulai lagi gosok-gosok kontolnya. Makin lama makin cepat dan keliatan makin kuat. Nafasnya terlihat makin cepat dan matanya menutup keenakan. Tiba-tiba dia menghentikan kegiatannya.
Dijauhkannya tangannya dari daerah genitalnya. Dia tampak mengatur nafas. Sekitar 2-3 menit kemudian dia mulai lagi. Begitu berulang-ulang. Rupanya dia sedang mempraktekkan teknik memperlama orgasme. Kali ke 5 dia tidak mengurangi intensitas pengocokannya saat dia mendekati puncak. Dia malah meremas pangkal kontolnya kuat-kuat dengan menggunakan tangan kiri sementara tangan kanannya terus maju mundur di batangnya. Makin lama makin cepat dan makin kuat. Kepalanya tampak membengkak karena remasan pada pangkal penis itu. Lalu dia gosok-gosok kepala kontolnya beberapa saat. Saya tau dia hampir sampai pada batasnya. Bener juga, nggak lama kemudian sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, kedua tangannya dilepaskan dari kontolnya, lalu muatan berwarna putih itu menyembur dengan kuatnya sampai mengenai muka dan sebagian rambutnya. Setelah 5 - 6 kali semburan, Ary tampak lemas. Badannya tergeletak tak bergerak beberapa saat. Tubuhnya penuh keringat. Nggak sadar aku ternyata udah keluar juga!
Pelan aku turun dari para (karena takut ketahuan, juga karena lemas setelah tegang menyaksikan atraksi seru), dan berangkat ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Malam itu aku tidur nyenyak sekali.
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi, waktu saya lagi asyik mandi sambil membayangkan Ary dan apa yang dia kerjakan malam itu, kontol saya ngaceng tanpa dikomandoi. Nggak tahan aku langsung menyabuni wilayah kontol dan sekitarnya. Pas lagi asyik-asyiknya melayani diri sendiri, tiba-tiba Ary masuk. Saya nggak sempat lagi berbalik. Dia sempat melihat aku dengan kontol ngaceng dan daerah genital penuh dengan sabun ! Kontolku langsung lemes, tapi dia bilang "Terusin aja Lex, aku biasa kok ngeliat orang onani" Wah, apa artinya tuh ...........
(to be continued)

Teguh Kukuh, Keras Sekaleee...!


Hari Senin hari gilanya Teguh, teman sebangku Epi di 3-IPA-6. Bukan apa-apa seperti hari-hari Senin yang lalu Teguh mengenakan celana dalam garis-garis warna oranye, jelas sekali menerawang di balik celana seragam putihnya. Dan jam ke 5 itu Epi bukannya konsentrasi ke pelajaran Kimia Pak Andriwan tapi malah mikirin cel-dalnya Teguh. Epi sudah bersahabat dengan Teguh sejak mereka masih di bangku SD. Tapi belum pernah Epi tertarik sama benda segitiga berwarna ngejreng yang dikenakan Teguh seperti hari ini.
"Ini bukan hari Rabu,khan Guh!" bisik Epi.
"Iya gue tau, ini hari Senin emang kenapa?"
"Kenapa lu pake zwempak batik sih?"
"Anjir lu, Pi. Celokan ladem gue bukan batik lagi. Babe gue baru dibeliin selusin dari Australi, Bo!"
"Tapi warnanya, Guh, warnanya. Seenggak-enggaknya jangan lu pake hari Senin dong. Apalagi yang sekarang ini lu pake, warna oranye. Awas ditangkap bu Kantin lho, dikira ada kunyit di pantat lu."
"Eh, kampret. Ini kolor mahal tau." Teguh langsung memeloroti risluting celana panjangnya dan memamerkan cawat impor-nya. Epi sampai melotot melihat jendolan di selangkangan sohib kentalnya itu. Kombinasi antara cawat yang minim dengan ukuran alat vital yang dahsyat.
"Iya keren lu, tapi kenapa mesti keras begini sih?" Epi meremas bungkusan kenyal di antara kedua paha kekar Teguh. Si Teguh memang atlet Yudo. Dan dia diam saja digerayangi Epi yang tau-tau malah merundukkan kepalanya ke bawah meja dan langsung aja "self-service" menyingkapkan kancut Teguh yang "electric orange" itu. Dengan santainya di masukkannya ujung kontol Teguh kedalam mulutnya yang langsung aktif menyedot-nyedot. Teguh agak blingsatan, kaget campur doyan. Epi belum pernah segila itu soalnya, menganggap peler Teguh itu sedotan! Susah payah dia berusaha tenang duduknya. Untungnya,teman-teman lain sibuk memperhatikan Pak Andriwan yang terus saja menerangkan. Seluruh urat-urat kelelakian Teguh serasa ingin meledak di kulumi Epi begitu rupa. Sebentar saja anak itu mengejang bagian bawah tubuhnya dan muncratlah persediaan air mani remajanya. Teguh agak menggeliat sedikit dan mulai melenguh, "Ngghhhh....!"
Pak Andirwan menatap ke arah Teguh.
"Ya, Teguh. Ada pertanyaan?"
"Ngghhhh...arrrgggghhhh....nggak ada Pak cuma saya penasaran aja apa benar ini hari Senin?"
Teguh benar-benar gila!" Dan Epi menarik kepalanya dari bawah meja.

"Bolpen saya jatuh, Pak!" tangkisnya melihat Pak Andirwan memandang penuh selidik ke arahnya.Epi menyeka mulutnya kalem. Puas!

Lepas Belenggu



Setumpuk file yang mesti selesai hari ini telah berpindah semuanya di meja managerku. Pandangan disekitarku telah kosong dan jam kerja sebenarnya sudah usai 3 jam lalu. Uh...payah. kuliukkan badan menghempas penat dan kakunya urat leher yang harus menghadap komputer seharian. Aku tersentak karena kurasa ada tangan melingkar di leherku. Tanganku sudah bersiap menjangkau apasaja yang bisa sebagai pertahanan. Rasanya mati sia-sia di tangan psikopat seperti yang sering aku tonton sungguh mengeringkan tenggorokanku.
"Hai... sabar dong, aku nich!. mau mijit doang masa enggak boleh" Teriak Abim cepat-cepat sembari tertawa berkepanjangan.
Tak urung tangankupun melayang melepas kejengkelan atas keusilannya."Ngapain belon pulang, lembur juga." Kembali kurebahkan diri di kursi sambil beresin meja. Kulihat Abim ketawa kecil memamerkan sederetan giginya yang rapi berbaris, tertutup bibirnya yang berselimut bulu-bulu kemachoan. Perawakan Abim cukup berkontur dengan urat tegas menonjol di setiap jengkal kulitnya yang bersih. Tak jarang aku memperhatikannya diam-diam. Beberapa tahun kami kental tak pernah menghilangkan keherananku atas kesendiriannya dibalik potensi fisiknya yang menggetarkan umat. Apalagi jika memperhatikan dibawah pusatnya yang selalu terpamer lewat model ketat yang di sukai. Walau aku dan dia cukup dekat tapi kebanyakan kami enggan membicarakan hal pribadi. Jadi aku jaga sekali prinsip itu.
Kualihkan perhatian mengusir curiga dengan mengemas file terakhir. Disudut mataku terlihat abim menyalakan komputer dan mulai mencari-cari program. "Nggak keburu pulang khan". Tanyanya datar.
"Emang kamu mau lembur, kerja apaan."
"enggak ... mau ngakses aja, temenin yuk."
"Akh bosen..!"
"Eit...sini dulu," Sergahnya menggapai tanganku dan menariknya."Tahu nggak kalau disini ada cerita-cerita oke yang bikin kamu bisa merinding kesukaan."
"Apaan..".
"Sini deh."Ditariknya kursi untuk dudukku di sebelahnya."Di site ini ada satu penulis yang heboh banget cara dia berfiksi, dia membidik pelakunya dengan detail kayak udah pengalaman dan ... akh...aku pingin banget ketemu. bikin penasaran" Komentar abim terus meluncur seirama tangannya yang gesit memainkan mouse membuka jaringan cyber.
Aku ikutan penasaran dan makin keras dadaku berdetak setiap mengikutipage yang abim buka. Aku mengenal sekali Site ini Jangan-jangan. Kupendam dugaanku tak ingin gejolak hatiku memberikan perubahan warna pada raut mukaku.
"Nich dia!"Ujarnya pasti. Dan dilayar terpampang sederetan judul erotic stories dengan nama penulisnya."ini Jun yang bikin aku penasaran."tangannya menunjuk sederet tulisan dengan pengarang yang sama.
"Udah dikontak"
"Berulang kali ... tapi aku ngerti kalau dia juga menyembunyikan identitas. Orangnya cool banget kalau di liat dari tulisannya. Penasaran ku semakin muncak."
"Tapi Bim itu site untuk... ka..kamu?".
"Kamu baru tahu...?"
"Kalau kamu memang Jay yang suka ngemail itu sejak dulu sudah aku tahu."
"Darimana kamu tahu nama Emailku ..atau jangan jangan."
Aku cuma memainkan kepalaku dan mataku tanpa jawab. Abim bangkit dan mendesakkan tubuhnya ketubuhku hingga teringsut di sisi dinding. diangkatnya kepalaku dan ditamparnya pelan. Aku memilih diam daripada harus menebak apa yang akan berlalu. Sekejap tangannya yang kokoh merambat dan mencengkeram pusat pantalonku. Ditekan dan diputarnya. Dalam diam hanya desah dan irama ketidak aturan nafas kami yang berbaur. Abim benar-benar dipuncak hasrat...begitu liar melepas kendali.
"Kenapa tak dari dulu kamu katakan." katanya tersenggal tanpa melepaskan tangan dan bibirnya yang terus meraba merasai seluruh permukaan kulitku yang terbuka dan tidak membiarkan kulit dada yang tertutupi iri menunggu. "Mengapa Jun."
"Akh..aku..akh..uh...," Kurasa aku tak perlu meneruskannya. Kupilih bersama melebur melepaskan hasrat menggapai puncak klimaks tak peduli dengan ruangan apa ini dan dimana ini. Satu hal yang kutunggu, satu hal yang aku inginkan. Tak pantas melepasnya saat didepan mata. Tanganku kukendalikan melucuti pakaian dan celana abim tak terkecuali. Bahkan hanya dengan mengenakan celana dalam putih kami berguling merabai dan mencengkeram kenikmatan yang enggan terlepas. Mencari peluang dan sudut kenikmatan yang kami yakini tanpa batas dan bukan sekedar ilusi. kami ingin merasai...mereguki.
"Aku bisa merasakan kamulah yang menulis cerita itu." Ujarnya terus meraba dan memainkan."Beri aku nikmat seperti yang kau tulis."
"Kau begitu yakin, dia adalah aku.'
"Gerakanmu tak bisa bohong. Kau suka lakukan ini ditulisanmu,"
"Semua orang bisa begini".
"Tapi tak setiap orang tahu persis yang kusuka. kau pasti tahu dari penuturanku."
"Perlu kujawab,"
"Tidak...yang perlu cukup kita rasakan..akh!,"
Dalam debat kami sama-sama memenuhi apa yang dulu pernah terungkap dan kami inginkan lewat huruf-huruf elektronik itu. Seperti tak ada canggung atau risi kami reguk semua yang dulu hanya fantasi...dan hanya bisa kami lakukan sendiri. Mengocok dan terus mengocok.
Dalam keadaan yang telah sama-sama telanjang ini jelas pejantan Abim menentang dalam biasnya yang merah berdenyut. Kubandingkan dalam angan miliknya dengan kuda jantan yang tak jauh beda antara punya kuda dan punyaku. mulutku tak henti memasuki dan menghisapnya sekuat tenaga. Memainkannya. Abimpun seakan dipacu tak kalah mempermainkan bola dan bulu-bulu pusatku. Lidahnya tak lepas menggores memberi kehangatan pada milikku. Aku tercekat merasakan nikmat dunia yang tak pernah kurasa. Dorongan lahiriah yang tak terkendali memberi gerakan meritme makin cepat. Panas membakar setiap pori yang menggeliat di sekujur tubuhku. Terdengar lenguhan panjang abim bernada puas melepas peju hangat di rongga mulutku.
Dan makin cepat dan kuat hisapannya. Disusul kenikmatan tak terkatakan terlepas liar melalui rongga kemaluanku. Abim tak menyia-nyiakan sedikitpun air kehidupan itu tertumpah. Ditelannya dengan rakus...tanpa sisa. Berbasah peluh kami meringkuk di bawah meja dengan pelukan erat...memulihkan tenaga.
Abim Pelan memijatkan tangannya pada belakang leherku. "Besok lembur?"
Aku tersenyum, dalam hati kutahu maknanya.

Pekerja Bangunan


Saya tinggal di sebuah rumah berlantai 3. Kedua orangtuaku selalu pergi setiap pagi kira - kira pukul 9 dan baru pulang kerumah sekitar jam 6 sore. Karena rumah kami masih baru,kamar di lantai 3 belum selesai seluruhnya,sehingga para pekerja masih menyelesaikan kamar di atas. Biasanya pembantu yang menjaga rumah selama orangtuaku pergi dan saya kuliah. Tetapi pada suatu hari saya libur dan penbantu sedang pergi berbelanja bulanan di pasar. Saya disuruh untuk menjaga rumah oleh kedua orangtuaku dan mereka lalu pergi bekerja.
Karena tidak ada kerjaan,saya melihat - lihat ke kamar lantai 3.Pada saat itu para pekerja belum datang. Sekitar jam 10 pagi bel berbunyi,lalu saya membukakan pintu,ternyata para pekerja sudah datang untuk kembali bekerja menyelesaikan pekerjaannya. Karena tidak ada kerjaan saya ikutin ketiga orang pekerja itu ke lantai atas. Mula - mula mereka mengganti baju mereka masing-masing dan hanya bekerja telanjang dada. Ketiga orang itu memiliki tubuh yang atletis karena sering bekerja berat. Merekapun memulai pekerjaan mereka masing-masing.
Mereka saya tinggalkan lalu saya pergi ke kamar untuk menyalakan komputer dan melihat internet.Sekitar jam 12 pembantu saya belum pulang juga dan para pekerja beristirahat untuk makan siang. Biasanya mereka disediakan makan siang oleh pembantu saya,tetapi kali ini tidak ada yang menyediakan. Merekapun bertanya kepada saya " Si bibi ke mana ?" Saya menjawab " Lagi belanja,tapi belon pulang " Merekapun lalu duduk saja sambil bersenda gurau. Salah satu dari mereka pergi ke WC dan tidak lama ia balik,tetapi..Wow.. dia balik membiarkan celananya terbuka dan kontolnya sudah ngaceng. Dalam keadaan begitu ia bergabung lagi dengan teman-temannya tanpa rasa malu.
Sangking kagetnya kontol saya pun mulai menegang dan karena nafsu sudah begitu menggelora,tanpa pikir panjang kudekati pekerja yang bernama Juhara itu. Langsung saja saya menjilati kepala kontolnya yang berwarna merah itu. Dia dan teman-temannya kaget melihat ulah saya,tetapi kedua temannya lalu tertawa dan membuka seluruh pakaian saya. Saya disuruh tiduran diatas meja pendek yang ada di kamar itu. Juhara mulai mengarahkan kontolnya lagi ke mulutku dan saya mengisapnya. Pekerja yang satunya yang bernama Dodi mulai membuka pakaiannya diikuti oleh pekerja satu lagi dan mengarahkan kontolnya ke pantat saya. Salit sekali rasanya,tetapi dalam sekejap kontol Dodi telah masuk seluruhnya ke pantat saya sampai bulunya terasa di pantat saya.
Pekerja yang satu lagi bernama Dede mulai mengisap kontol saya yang sudah menegang,saya menggelinjang keenakan begitu juga Juhara yang saya hisap kontolnya. Sekitar 20 menit kemudian Juhara mempercepat gerakannya dan crot...crot....crot keluarlah krim panas berwarna putih dari kontolnya yang langsung saya hisap sampai habis. Saya pun mengeluarkan cairan saya dan langsung dihisap oleh Dede. Tak berapa lama Dodi pun mulai mengeluarkan "krim"nya di pantat saya.
Saya lalu duduk di lantai dan mulai menjilati kaki Dodi naik ke betisnya yang berbulu dan ke kontolnya yang saya jilati lalu menjilati perut dan mulai mengulum putting susunya yang sudah menegang sementara Juhara mulai menjilati kontolku. Kami semua masih basah oleh keringat dan saya mulai berciuman dengan Dodi. Setelah itu saya mulai mengulum kontol Dede sementara Juhara dan Dodi mengocok kontol mereka di dekatku. Sekitar 10 menit kemudian,menyemburlah peju panas Dede dan diikuti dengan semburan peju kedua temannya di dada dan mukaku. Kami semua lalu mandi dan mereka meneruskan kerjanya.

Saya melakukan itu lagi pada keesokan harinya dan terus sampai sekarang (karena pekerjaan mereka masih belum selesai)

PON (Pekan Olahraga Ngaceng), Part 3


PON (Pekan Olahraga Ngaceng), Part 3
"Terang bulan, terang di Ancol...
Terus terang gue ingin ngisep kontol...!"
Masih terngiang-ngiang pantun kocak Vito waktu atlet polo air yang sekampung dengan si Doel Anak Sekolahan itu mengemut urat kejantanan di selangkangan Obie yang belum pernah ke pantai Ancol dan masih bego masalah sepong-sepongan burung itu.
Obie senyum-senyum sendiri di bangku di tribun penonton stadion renang Senayan sambil memandangi pertandingan polo air antara DKI dan Sumsel di bawah sana. Sebagai warga kota Palembang mestinya dia mendoakan Sumsel untuk menyundulkan kemenangan, namun ia sebenarnya berharap berat DKI yang menggusur Sumsel. Supaya dia punya alasan untuk kasih hadiah ciuman untuk Vito. Ciuman di bawah pusar lho! Daging kemaluan Vito benar-benar nikmoattt sich...!
Biarpun sudah dua kali tukar gawang tetap saja Obie tidak bisa paham pertandingan yang pura-puranya sedang asyik di tontonnya itu. Di bilang permainan bola kok cawatnya ala kadarnya begitu, disebut renang juga kok rebutan bola. Yang jelas Obie termasuk penonton yang kecewa. Habisnya, bagian pinggang ke bawah pemain tidak kelihatan sich! Padahal justru disitu bukti paling otentik bahwa pertandingan ini adalah pertandingan tim putra!
"Prittt...!" tiba-tiba terdengar peluit panjang tanda pertandingan berakhir. Karena memang sudah diatur oleh penulis cerita ini DKI-pun menang. Obiepun girang bukan kepalang. Sebentar lagi Vito bisa disuruh mengangkang (maksa banget ya ini pantun...!).
Obie masuk ke ruang ganti dengan berdebar-debar, dua tim polo air berbikini ketat dan sempit-sempit seliweran di depannya. Matanya sibuk mengingat-ingat teori-teori matematikanya tentang menaksir panjang dan lingkar suatu benda. Kesimpulannya, jendolan di depan kancut-kancut transparan itu memang tidak kecil (bilang aja gede gitu, kenapa sich?). Tapi yang bikin jantung Obie hampir copot (ralat: atlet tidak mungkin sakit jantung kecuali kalau dia doping, tapi Obie sumpah-sumpah bilang nggak pernah nge-dope) justru selembar Arena warna ungu muda polos yang sekedar nyantel di daerah segitiga emas badan bawah Vito. Jelas kelihatan sekali kalau kemaluan Vito panjangnya sama dengan penggaris bawaan anak SD (tapi yang patah 7 cm, oke!). Pemiliknya masih ngobrol dengan teman setimnya yang juga berjendolan dahsyat. Muka 7, Selangkangan 8.
"Kenalin Obie, pesenam Sumsel!" sapa Vito melihat Obie mendekatinya.
"Benhard!" salam si teman setim Vito. Taruhan pasti Batak. Keren en atletis sekali!
"Hai...! Selamat ya menang!"
"Gimana, seru nggak pertandingannya?" tanya Benhard ramah.
" Lebih seru lagi kalau pake acara pelorot-pelorotan Speedo" jawab Obie dalam hati, sedangkan yang asli keluar dari mulutnya begini: "Seru, cuma nggak ngerti. Bingung sih, baru kali ini nonton. Dibilang bola bukan, dibilang renang juga bukan...!"
"Tapi kan senam lebih aneh lagi," potong Benhard, "Serasa ngeliat pertandingan manjat pohon pinang deh!"
Lucu juga dia. Bibirnya bagus. Kayak apa ya bentuknya kalau dijejali peler?
"Mandi dulu ya!" Vito mohon diri. Dia langsung bergabung dengan yang lain-lain membersihkan diri di bawah pancuran. Suasana ruang ganti sudah seperti pasar burung. Sayang barang dagangan Benhard tidak sampai tergelar di muka umum karena dia tidak sampai mencopot kancut renangnya. Selesai kedua pepolo air ibu kota itu mandi Vito mengajak teman setim dan temis (temen isep-isepannya) itu ke ruang ganti. Ketiga atlet dari dua cabang berbeda itu segera menuju ruang khusus pilihan Vito. Ternyata itu anak sudah matang betul rencana mesumnya. Begitu pintu ditutup dia langsung menurunkan risluting jaket training Obie," Lo juga telanjang dong!"
Dengan agak malu tapi ngaceng berat Obie melirik Benhard. Yang dilirik malah tersenyum porno.
Seperti boneka sex yang banyak ditawarkan di toko-toko sex di Amsterdam Obie diam saja dibugili oleh Vito. Batang penisnya langsung tegap menjulur ke depan ketika dilucuti celana dalam kuningnya. Sementara itu Benhard sudah menurunkan celana renang biru muda polos yang bertuliskan "Speedo" di bagian bokongnya. Torpedonya yang hampir sama panjangnya dengan yang dimiliki Vito itu juga tak kalah kakunya. Tegang dan keras. Urat-urat bertonjolan disepanjang batang kelaminnya yang seperti Vito, tidak berbulu sama sekali. Membuat kelelakiannya begitu menonjol.
"Isep kontol gue, Bie!" tiba-tiba Benhard meraih bagian belakang leher Obie dan membawanya ke arah selangkangannya. Langsung ke pokok pembahasan rupanya cowok keren yang satu ini. Dan Obiepun menurut dengan suka rela. Dijulurkannya lidahnya dan disapanya urat jantan Benhard dengan belitan-belitan lidah dan olesan ludah. Benhard menarik nafas panjang dan mendongakkan kepalanya. Obie sudah mulai ahli dalam urusan oral sex kelihatannya.
Vito yang memerawani Obie juga tidak tinggal diam setelah membebaskan diri dari Arena super ketat yang dikenakannya selama bertanding. Lelaki belia itu langsung jongkok dan mulai membenamkan wajahnya di daerah anus Obie.
Obie terkejut sekali ketika dirasakannya sesuatu yang dingin-dingin empuk menjelajahi anatominya yang paling pribadi itu. Bulu-bulu kakinya langsung berdiri. Geliiiiii........! Tapi mulutnya tersumpal aurat olahragawan dari Sumut yang mulai sibuk ber "ahhhhh......uuuuhhhhhh.....nggggghhhhhhh.....!"
Sambil menjilat-jilat liang pantat (permisi, nggak apa ya ngomong jorok sedikit, enak sich!) Obie, Vito mengoleskan krim "hand & body lotion" disepanjang batang pelernya (hati-hati, Vito, jangan salah ambil Rheumason ya!). Dia sudah benar-benar nafsu ingin memonon pantat Obie di situ juga (sebelum ceritanya keburu abis).
Obie agak kecewa ketika dirasakannya lidah Vito berhenti mencumbu kawasan bokongnya. Namun tidak lama kemudian dirasakannya ujung kelamin Vito menyenggol "pintu belakang"nya. Belum sempat pesenam kece itu protes (kenapa nggak dari dulu digituin!) Vito mulai menghunjamkan batang kontolnya ke dalam bokong Obie.
Blesss.....nggghhkkkkk.........!"
Obie melenguh agak kesakitan, tapi Vito cukup sabar dan sangat hati-hati mendobrak keperawanan temis (arti singkatannya lihat atas!). Sedangkan Benhard tambah naik nafsunya melihat teman satu timnya sedang memerawani atlet senam sekeren itu. Tanpa dapat ditunda meletuslah lava air mani atlet Batak itu dalam letupan-letupan besar yang langsung saja berusaha ditelan Obie. Namun sebagian tetap saja meluber keluar dari sudut-sudut bibirnya. Benhard bergetar badannya ketika menunaikan orgasmenya itu. Sedangkan Vito masih merem-melek menikmati hangat dan ketatnya lubang pantat Vito yang kedua kakinya sampai bergetar hebat merasakan mononan ala olahragawan ibu kota. Pedasnya melebihi kuah cuka pempek, Bo!
Vito menjulurkan tangannya dan mencekali batang kemaluan Obie dan mulai meloco benda yang sedang sekeras besi itu. Pinggulnya sendiri mundur-maju menyetubuhi pasangannya. Tiba-tiba tubuh anak muda itu mengejang dan ujung penisnya mulai menyemprotkan air kehidupan berkali-kali.
"Uhhhh.....uuhhhh...nnnnngggghhhhhh.......!"
Kontol Obie juga mulai berkejat-kejat dan akhirnya memuntahkan segenap benih jantannya ke tangan Vito yang tambah cepat mengocok-ngocok.
Ketiga atlet itu terdiam sejenak menikmati bagian pasca-orgasme mereka yang terasa begitu sempurna.
Lebih nikmat lagi di bagian berikutnya waktu gantian Vito dan Benhard menonton Obie bertanding senam.

PON (Pekan Olahraga Ngaceng), Part 2


Di bawah cahaya bulan (ikut-ikut lagu keroncong) Vito takjub memandangi tubuh liat berotot Obie yang kini tidak berpenutup sama sekali itu. Pesenam Sumsel yang dipelototi penuh nafsu itu cuma menunduk jengah. Padahal pelernya berdiri mengacung gagah ke arah pusar tanpa rasa malu sama sekali. Otot paling jantan Obie benar-benar sudah siap tempur. Vito sendiri berteriak dalam hati, "Siapa takuttt...?"
Tangan atlet polo air berumur 19 tahun itu langsung terjulur ke arah putting tetek Obie dan mengelus-elusnya dengan gairah membuat bulu-bulu tengkuk Obie berdiri semua. Pemuda kota pempek itu tetap belum berreaksi apa-apa. Hanya nafasnya yang tambah memburu. Tangan Vitopun menjalar kesekujur badan tegap teman barunya: dada, perut, gelombang otot perut yang mirip papan penggilasan, dan akhirnya...batang kontol dan buah zakar Obie.
"Belum pernah ya, Bie?" tanya Vito berbisik. Obie yang berkulit kekuningan itu cuma menggeleng dan tambah merunduk.
"Gue isep ya, Bie!" Vito minta izin segala lagi. Namanya juga usaha, Bo!
Lagi-lagi Obie cuma mengangguk, membuat Vito juga ingin merundukkan kepalanya juga, tapi bukannya karena rasa malu malah nafsu ingin segera menyantap keperjakaan Obie.
Slurppp....!!! Vito menyelomot ujung penis Obie dengan rakus dan mulai memandikan sekujur batang kelamin lelaki muda itu dengan lidah dan ludahnya. Mulut dan sepasang bibir pemain polo air itu langsung saja gencar menyedot-nyedot dengan kuatnya. Bergetar seluruh tubuh Obie dibuatnya.
"Arrggghhhh......!" lenguhnya diiringi geliatan-geliatan tubuhnya yang begitu kegelian.
Vito jadi tambah aktif memuluti titit Obie yang terus membengkak hingga mencapai sekitar 20 Cm dalam kulumannya (selain atlet polo air Vito juga jagoan Geometri di sekolahnya, rupanya).
Obie merengkuh bagian belakang teman kencannya dan terus saja mendesakkan alat kelaminnya ke dalam hisapan Vito.
"Uuuuugggghhhhh......isap terussss.......uuuuggggghhhhhh..........!" Obie tambah brutal bergelinjangan. Belum pernah ia merasakan kenikmatan sehebat ini sebelumnya (makanya jangan cuma latihan senam, gaul Bie...gaulll!). Sementara lidah Vito sekarang sedang asyik bercinta dengan kantong menyan (eh salah, kantong buah-buah pelir, maksudnya) Obie yang sampai terangkat ke arah perutnya tanda yang punya sedang di puncak birahi. Obie tambah blingsatan, pinggul dan pantatnya terangkat-angkat dari tempat duduknya. Gerakan mundur-maju pinggulnya tambah gencar, seirama dengan jilatan dan sedotan Vito yang benar-benar sedang kelaparan kontol itu.
Cruutttt....creettttt.......! Begitu saja air mani Obie tumpah ruah dalam volume yang tidak sedikit ke dalam mulut atlet DKI yang belum sampai 1X24 jam di kenalnya itu. Otot-otot tubuh bugil Obie kejang-kejang dan keringat mulai berlelehan di seluruh bagian badannya. Tapi Vito belum mau menyudahi oral sexnya! Dia masih saja menjilat, menyedot dan mempermainkan aurat Obie. Abis suka sih...!
Kali ini lebih lama lagi, ada sekitar 45 menit Vito pesta pora di selangkangan Obie sebelum akhirnya remaja ganteng yang jagoan senam itu mengucurkan persediaan pejunya lagi. Dan Obie benar-benar lunglai begitu habis menyudahi orgasmenya yang kedua. Lemas tapi puas...!
Tiba-tiba Obie langsung mengangkat kepala Vito dari pangkuannya dan segera saja dibukanya celana training dan cawat hitam pepolo air ibu kota itu dan langsung di masukkannya ujung kemaluan Vito yang sudah keterlaluan tegangnya. Baru berapa kali sedot saja, langsung Vito memuntahkan saus kelelakiannya. Obie sempat gelagapan karena letupan peju Vito luber sekaleee...! Banyak yang mengalir keluar dari dalam mulutnya. Obie memang belum pernah nyepong sebelumnya. Ketika Vito selesai melampaui puncak-puncak orgasmenya, Obie mengangkat kepalanya dari celah paha sahabat barunya itu sambil bertanya dengan gaya pemain iklan vitamin C, "Bulunya man...na...?'"
Rupanya Vito sebagai atlet polo air sudah mencukur gundul bulu-bulu di seluruh badan, termasuk yang di pangkal pahanya.
Di bagian berikutnya, Obie nonton Vito bertanding polo air. Tapi keseruannya justru di ruang ganti!

Mandi Berdua

1 komentar: