Minggu, 06 September 2015

istriku selingkuh dengan satpam

Narti istriku nampak tanpa ragu saat menerima Arman. Sebagai Satpam
kantorku memang Arman kerap aku suruh ke rumah apabila ada hal-hal yang
biasanya terlupa tak terbawa ke kantor. Semula aku sama sekali tidak
curiga. Perjalanan dari kantor ke rumah bolak-balik pada kondisi normal
paling memakan waktu 2 jam. Atau pada saat jam-jam macet paling 3 jam.
Namun tidak jarang Arman menghabiskan waktu seharian untuk sekedar
mengambil dokumen atau surat-surat yang kuperlukan.

Alasannya, "Ibu mesti mencari-cari dulu di laci atau lemari bapak".

Padahal semua dokumen dan surat-suratku berada jelas di atas meja
kerjaku. Yaa, sudah.. Mungkin Arman menggunakan kesempatan tugas luar
untuk main-main dulu di tempat lain.

Pada suatu kesempatan aku kembali menyuruh Arman untuk ke rumah. Satu
bundle surat-surat dia atas meja kerjaku kuperlukan untuk memenuhi
permintaan relasi bisnisku. Sangat penting. Aku pesan Arman agar terus
balik ke kantor. Jangan pakai main-main ke tempat lain dulu.

Sesudah saya kasih uang transport secukupnya dia langsung berangkat.
Sesuai janjiku pada relasi aku akan ketemu nanti pada jam makan siang.
Aku perhitungkan sekitar 2 atau 3 jam lagi tepat pada jam makan siang
aku sudah menerima bundle surat itu dari Arman.

30 menit sesudah keberangkatannya relasiku menelpon minta agar pertemuan
makan siangnya di ajukan jam 11 siang itu, karena transaksi bisnis yang
akan dilakukannya akan berlangsung lebih awal dari jadwal, sehingga
semuanya mesti diajukan waktunya. Waahh.. Aku agak panik.

Akhirnya kuputuskan aku untuk mengambil sendiri surat-surat itu. Dengan
mobilku aku pulang mendahului Arman. Rupanya kejadian inilah yang
membuat aku jadi mengetahui adanya hubungan yang tidak selayaknya antara
Arman dan istriku.

Saat aku memarkir mobil di seberang rumahku ternyata Arman telah sampai
mendahului aku. Aku melihat sepatunya yang dia lepas berada depan di
pintu. Sementara itu pintunya tertutup. Aku berpikir mungkin istriku
sedang mencari surat-surat yang kuperlukan itu.

Namun tiba-tiba saja aku seakan mendapat firasat. Kenapa pintunya mesti
ditutup? Dan aku langsung ingat akan Dik Narti istriku yang cantik dan
sekaligus Arman petugas Satpamku yang boleh dibilang seorang lelaki yang
tegap dan pasti menarik bagi libido para perempuan. Adakah firasatku ini
benar??

Akhirnya kuputuskan untuk tidak langsung membuka pintu masuk. Aku akan
sedikit berputar dan hati-hati melongok dari jendela ruang kerjaku.
Haahh.. Kulihat ternyata Arman nampak menunggu sesuatu sambil duduk
bengong di kursiku. Tak lama kemudian dari balik pintu muncul Dik Narti
membawa secangkir teh. Nampak wajah-wajah mereka demikian cerah dan..
Kenapa sikap antara keduanya demikian nampak akrab?

Aku seperti tersambar petir melihat kejadian selanjutnya. Begitu Dik
Narti menaruh cangkir tehnya ke meja tangan Arman langsung bergerak
menyambut pinggulnya dan tanpa ragu Dik Narti duduk di pangkuannya.
Bahkan lebih jauh lagi, Dik Narti langsung merangkul pundak Arman dan
kini mereka saling berciuman dan berpagut. Demikian nikmat pagutan
mereka. Dik Narti yang posisi wajahnya di atas memutar-mutarkan wajahnya
pada wajah Arman di bawahnya yang juga mengimbangi dengan memutar-mutar
pula. Mereka pasti sedang melepas lidah dan ludahnya untuk saling
menerima dan memberi. Berkali-kali kudengar suara kecupan saat
bibir-bibir mereka lepas sesaat.

Kemudian nampak tangan istriku bergerak melepasi kancing kemeja Arman.
Demikian pula tangan Arman melepasi kancing blus Dik Narti. Kini tubuh
Arman nampak setengah terbuka dan blus Dik Narti telah lepas jatuh ke
lantai. Arman langsung nyungsep ke ketiak Dik Narti yang masih
berkutang. Dia menciumi lembah ketiak istriku. Kusaksikan bagaimana Dik
Narti menggeliat-geliat di atas pangkuan Arman menerima nikmatnya
kecupan dan jilatan bibir dan lidah Arman. Merasa tak ada orang lain,
tanpa ragu Dik Narti mendesah dan merintih menahan derita nikmat yang
sedang melandanya.

Kemudian pada gilirannya kini Dik Narti turun dari pangkuan Arman. Dia
sibak kemeja yang telah lepas kancingnya. Dia tengelamkan wajahnya ke
dada Arman yang nampak sangat macho dengan otot-ototnya yang terawat
bagus. Dan kini Armanlah yang melenguh dan mendesah. Dia raih dan
elus-elus kepala Dik Narti yang semakin liar dengan mengemot-emot pentil
susu di dada Arman.

Aneh, bahwa aku tidak bertindak apa-apa untuk menghentikan tingkah Dik
Narti dan Arman yang tidak selayaknya ini. Dik Narti jelas telah
melakukan selingkuh dengan lelaki lain. Sementara Arman telah merusak
pagar rumah tangga boss-nya yang adalah aku selaku pimpinannya di kantor.

Dan yang lebih aneh lagi adalah aku. Kenapa diriku ini? Kini justru aku
ingin menyaksikan ulah Dik Narti dan Arman jangan sampai terganggu. Aku
ingin menyaksikan bagaimana wajah Dik Narti yang istriku ini menerima
gelinjang syahwat birahi dari lelaki lain. Aku ingin menyaksikan
saat-sat nanti Dik Narti dilanda orgasmenya. Aku ingin mendengarkan
desahnya, atau racaunya, atau rintihannya. Aku ingin menyaksikan
gelinjang tubuhnya saat menerima tusukkan erotis dari lelaki lain. Saat
dia mesti bergoyang-goyang mengimbangi ayunan pompaan kontol lelaki lain
pada lubang kemaluannya.

Aku juga ingin menyaksikan bagaimana Arman yang bukan suaminya ini
memberi dan menerima ritual nikmat untuk dan dari Dik Narti istriku.
Bagaimana sebagaimana yang sedang kusaksikan menerima jilatan dan
sedotan bibir cantik Dik Narti pada pentil susunya. Aku juga ingin
menyaksikan saat-saat kontolnya melepaskan spermanya pada kemaluan
istriku. Pasti dekapan dan cakaran kuku istriku akan membekas dan
melukai daging dan kulitnya yang kekar berotit itu.

Sementara itu ciuman istriku merambah turun ke perut Arman. Dengan
menengadahkan wajahnya terdengar desis dan lenguh nikmat Arman menerima
perlakuan Dik Narti ini. Dia kembali mengelusi dan sedikit mencabik
rambut Dik Narti pertanada limpahan nikmat syahwat yang tak tertahankan.
Tangannya juga nampak sedikit menekan. Rupanya Arman ingin istriku terus
turun untuk menciumi bagian lebih bawah lagi.

Nampaknya istriku tak asing dengan apa yang diinginkan Arman. Jari
tangannya yang meraih celana Arman, menarik resluitingnya dan merosotkan
lepas ke bawah. Celana itu merosot hingga terlipat di betisnya.

Dalam gairah dan pesona nafsu birahinya Dik Narti kini menghadapi
selangkangan berkancut atau celana dalam berwarna coklat. Yang nampak
adalah bayangan batang gede melintang dari kanan ke kiri. Bayangan itu
menggunung yang menggambarkan betapa kemaluan Arman memang luar biasa
gede dan panjangnya. Mungkin inilah yang membuat istriku demikian
bergairah menghadapi Arman Satpan kantorku itu.

Tap perlu lagi diminta, Dik Narti meneruskan jilatan dan kenyotannya
turun ke tepian celana dalam Arman. Bulu-bulu yang mengawali wilayah
yang paling menggairahkan istriku nampak terserak di batas tepian celana
dalam itu.

Adegan berikutnya menampakkan kerakusan seorang perempuan selingkuh yang
dengan liarnya membetot celana dalam lelaki yang bukan suaminya. Dengan
gigitannya Dik Narti menarik lepas celana dalam Arman dari
selangkangannya. Dia terus menggigit, sementara Arman mengikuti tarikan
gigi Dik Narti. Diangkatnya kakinya kanan kemudian kiri hingga celana
dalamnya bisa terlepas benar. Sebelum melemparnya ke lantai rupanya
obsesi Dik Narti ingin terwujudkan pula. Diciuminya celana dalam itu,
bahkan seakan dibekapkannya ke hidungnya sambil menarik nafas panjangnya.

Begitu terbebas dari kekangan celana dalamnya nampak kontol Arman
langsung mencuat gagah. Bonggol kepalanya berkilat-kilat menahan tekanan
darah yang memenuhinya. Lubang kencingnya nampak mekar menantang.
Batangnya segede pentungan Satpam Arman yang tak pernah ketinggalan.
Urat-urat kasar melingkar-lingkar mengitari batangan panjang itu. Tangan
Dik Narti langsung meraih dan menggenggamnya. Matanya demikian birahi
menyaksikan penuh pesona kontol Arman di tangannya itu. Mukanya mendekat
dengan hidungnya terlebih dahulu yang mengendusi.

Tangan Arman langsung meraih kembali rambut Dik Narti,

"Isep Bu.. Jilati ya Buu.. Uucchh.." Arman menyambut bibir Dik Narti
yang siap menelan bonggol kontolnya.

Namun itu belum dilakukan Dik Narti. Dia mulai dengan mencium kemudian
mengangkat pepetkan ke perut Arman. Lidah dan bibirnya menjuilati dan
mencium batangan berurat akar itu. Kepala Dik Narti nampak menggoyang
untuk menangkap sudut-sudut tepat pada bantangan itu. Kemudian
jilatannya melata hingga bijih pelir. Mulutnya mencakup biji itu dan
mengulum-ulumnya. Seperti orang meriang terdengar suara rintih Arman
bergetar dan berkesinambungan.

Aku tak lagi sanggup hanya menyaksikan. Aku juga membuka kancing
celanaku dan kukeluarkan kemaluanku. Aku melakukan masturbasi. Daya
khayalku langsung terbang membubung dalam nikmat elusan tangan sendiri.
Aku membayangkan nikmat betapa Dik Narti begitu sesak mulutnya karena
kontol gede Arman. Kubayangkan nikmatnya saat bibir Dik Narti menelan
dan mengulum kontolnya. Kubayangkan pedih kulit kepalaku saat Arman
menjambaki rambut kepala Dik Narti.

Setelah puas mendapatkan jilatan serta kuluman akhirnya Arman meraih
lengan istriku untuk kembali duduk memunggungi dalam pangkuannya. Dik
Narti dengan cepat melepasi sendiri rok bawahnya. Dalam pangkuan Arman
dia membetulkan serta mengepas posisinya hingga kontol Arman persis di
bawah bokongnya. Tangan Dik Narti memegang erat batang kontol itu dan
menuntun agar tepat mendongkrak lubang kemaluannya yang masih terbungkus
celana dalam.

Dengan menyibak sedikit tepian celana dalam itu akhirnya kemaluan gede
milik Arman itu berhasil menemukan lubang vagina Dik Narti. Desah dan
lenguh kedua orang yang asyik masyuk itu mengantarkan masuknya kontol ke
lubang vagina mereka. Arman cepat memindahkan tangannya memeluki tubuh
telanjang istriku yang membelakanginya. Hidungnya kembali nyungsep serta
mengenyot-enyot ketiak dan buah dada Dik Narti. Tangan-tangan Dik Narti
nampak menggeliat ke atas dan berusaha meraih kepala Arman. Sementara
ayunan telah langsung di mulai. Dik Narti menaik-turunkan pantatnya
untuk memompakan kontol Arman ke lubang vaginanya. Sementara Arman
dengan penuh kegatalannya menaik turunkan pantatnya menjemputi memek Dik
Narti.

Itulah puncak perselingkuhan Dik Narti dengan Arman petugas Satpam
kantorku. Genjotan yang terus nyambung dan bertubi mendekatkan
saraf-sarah birahi mereka dan menggiring dera nafsunya menuju ejakulai
Arman. Dan tak ayal pula orgasme Dik Narti telah berada di ambangnya.

Dengan riuh racau, desah dan rintihan keduanya akupun dengan pasti
tergiring untuk lekas melepaskan spermaku. Aku mengkhayalkan seandainya
sperma itu tumpah kemudian meleleh keluar dari bibir vagina istriku.
Atau sperma itu tumpah muncrat-muncrat di mulut Dik Narti istriku.
Khayal-khayalan itu mendongkrak syahwatku.

Dan akhirnya tanpa bisa ditahan Arman meremas buah dada ranum Dik Narti
dengan kerasnya. Dan Dik Narti berteriak tertahan dilanda orgasmenya
yang telah di ambang. Kedua orang berasyik masyuk ini tanpa hambatan
melepaskan kontrolnya dan meraih puncak-puncak birahinya.

Nampak dari memek istriku Dik Narti 'ndlewer' mengalir cairan putih
kental terbawa keluar masuk batang Kontol Arman. Mungkin berliter-liter.
Sperma Arman seakan tak habisnya hingga melumuri lubang dan seluruh
tepian memek Dik Narti.

Tiba-tiba birahiku cepat bangkit lagi saat melihat bagaimana seprma
Arman 'ndlewer' dari vagina istriku. Betapa nikmatnya seandainya aku
menjilati langsung sperma itu dari memek Dik Narti. Aku berpikir keras.
Dan akhirnya dengan buru-buru dan tergetar aku bangkit menuju pintu. Aku
menggedor-gedornya,

"Dik Nartii.. Mas pulang niihh.. Dik Nartii.."

Dor, dor, dorr.. Aku pukul-pukul daun pintu dan tak lama,

"Ah, Mas Gito, kok sudah pulang Mas. Ituu.. Ss.. Sii Arman baru saya
suruh balik cepat ke kantor," istriku membuka pintu, mungkin sekitar 3
atau 4 menit sesudah aku menggedor pintu.

Dan di belakangnya nampak Arman sedang mengepit bundel dokumen yang aku
minta. Mereka berdua dengan cepat telah nampak berpakaian lengkap.
Disamping juga nampak tegang ada yang kutandai, rambut Arman nampak
belum nyisir, mungkin hanya ditarik dengan jari-jarinya dan pakaian Dik
Narti nampak agak lusuh berantakan. Namun aku tidak memperlihatkan
kecurigaanku sama sekali,

"Iya, Man. Lekas kamu balik kantor. Nih aku tambahin uang lagi kamu cari
taksi. Nih surat-surat serahkan sekretaris. Bilang bahwa anak buah Pak
Jarwo akan mengambil siang ini. OK? Nanti aku nyusul," Nada bicaraku ini
langsung menghilangkan ketegangan mereka. Aku benar-benar menunjukkan
bahwa sediktpun aku tidak khawatir atau curiga pada mereka berdua.

Namun begitu Arman balik ke kantor aku langsung menggelandang Dik Narti
ke ranjang pengantin kami. Aku langsung tubruk dan menciumi istriku yang
sangat kucintai ini. Pasti Dik Narti heran akan ulahku. Tak biasanya
pulang kantor langsung merangsek begini padanya.

Aku buka setengah paksa pakaiannya dan aku langsung menenggelamkan
mukaku ke buah dada dan ketiaknya. Aku menjilati dan menciuminya. Masih
sangat terasa adanya bau ludah Arman pada tubuh Dik Narti. Hal itu
justru semakin merangsang birahiku.

Sesudah melepaskan rok Dik Narti tangan kananku langsung merabai
kemaluannya. Aku langsung tangkap lengketan yang sangat banyak pada
bibir dan lubang vaginanya itu. Amun yang aku pertanyakan justru,

"Aahh Dik Nartii.. Cepet sekali naik birahinya ya.. Lihat nih.. Sudah
becek banget," seakan tahuku bahwa becekan itu adalah cairan birahinya.
Dik Narti memandang aku dengan matanya yang ayu sambil mengangguk-angguk
setuju akan omonganku.

Dan aku tak lagi sabar. Ciuman di ketiak dan buah dadaku merambat
meluncur turun dan langsung melabuh ke wilayah selangkangannya. Tanpa
ragu aku julurkan lidahku. Aku menjilati dan menyedoti selangkangannya.
Kembali bau keringat Arman kurasakan pada selangkangan Dik Narti.

Dan akhirnya kudapatkan. Aku tergetar saat menyaksikan betapa
menggelembung ranum memek istriku ini. Betapa jembut, bibir dan liang
memek istriku belepotan oleh sperma Arman. Nampak gumpalan besar meleleh
dari vagina Dik Narti. Sungguh sangat menggairahkan hasrat syahwatku.
Aku mengenduskan hidung, menjulurkan lidahku dan mendekat.

Aku mulai menyedot dan menjilati sperma Arman itu. Kurasakan begitu
kental dan legitnya sperma Satpam-ku yang terasa ada asin dan sikit
pahit-pahit ini. Kusedot lengket-lengket di jembutnya, di bibirnya.
Dengan rasa penuh rakus kujilat hingga bersih yang meleleh dari kemaluan
istriku Dik Narti.

Pada kesempatan itu aku juga berhasil meraih orgasme dan ejakulasiku.
Dengan menjilati cairan kental sperma Arman di seputar memek Dik Narti
istriku aku merapatkan serta menggoyang pompa menggesek-gesekkan
kemaluanku pada betisnya. Dan akhirnya tak terbendung pula air maniku
muncrat membasahi kasur dan betis yang sangat seksi ini. Aku langsung
lunglai.

Aku tak sempat untuk melakukan penetrasi pada lubang vagina istriku
karena mesti cepat balik ke kantor. Kutinggalkan Dik Narti tergolek
telanjang di ranjang pengantin kami. Entah apa yang terpikir pada benak
Dik Narti melihat ulahku ini.

1 komentar: