Senin, 16 Februari 2015

ABANG GANTENG PEKERJA BANGUNAN

"AAHH.. OOHH.. UUHH.." erangnya.
"Hhohh.. Aahh.." desahku saat kubiarkan dia memelukku lagi. Lalu kini
gantian saya yang berbicara.
"Oohh.. Yaa.. Gue pengen dingentot.. Aahh.. Gue pengen berhomoseks ama
abang.. Oohh.. Tolong ngentotin gue, Bang.. Hhoosshh.. Kontol abang..
Aahh.. Gede sekali.. Gue suka kontol.. Aahh.."

Sengaja kujilati leher dan telinganya. Reaksinya, sekujur tubuhnya
seakan-akan tersengat listrik.

"Oohh.. Gue suka badan abang.. Oohh.. Gue mau menyepong kontol abang..
Aahh.. Boleh kan?"

Tanpa bicara, abang itu mendorong tubuhku turun. Dengan senang hati,
saya berlutut dan menyembah kontolnya. Bagiku kontolnya sangat indah
sekali. Kepalanya besar dan mengkilat bagaikan buah ceri. Batangnya yang
panjang nampak kokoh, menyatu dengan tubuhnya. Sedangkan kedua bola
pelernya menggantung-gantung dengan sensual. Ah, saya tidak tahan lagi.
Saya harus mencicipi kontolnya! Tanpa takut ataupun ragu, kupegangi bola
pelernya dan mulai kuperas-peras seraya kutarik-tarik. Saya bayangkan
bahwa bola pelernya seperti pegangan pompa air. Jika saya menarik
bolanya, maka kontolnya akan menyemburkan pejuh segar untukku.

Abang itu mendesah-desah keenakkan saat kuremas-remas bola pelernya.
Kepalanya ditengadahkan dan matanya terpejam rapat-rapat, menikmati
sentuhan tanganku yang hangat. Berhubung kepala kontolnya nampak sangat
menggoda dan indah, sebelum kusedot, saya mencium-cium kepala kontol itu
terlebih dahulu. Baru kemudian, kutelan kontolnya, seluruhnya.

"AAMM.."

SLURP! SLURP! Rasa precumnya langsung menyerang lidahku, asin-asin
nikmat. Saya berusaha menjilat-jilati bagian bawah kepala kontolnya dan
memastikan bahwa dia mengerang lagi. Kemudian, kumain-mainkan lubang
kontolnya. Kontolnya terangsang dan lebih banyak precum dikeluarkan.

"Aahh.. Oohh.. Yyeess.. Sedot terus.. Aahh.. Sedot kontol gue.. Aahh.,..
Hhoosshh.. Sedot terus.. Aahh.. Jangan stop.. Aahh.. Loe hebat banget..
Aahh.."

Menyedot kontol memang bukan masalah sebab saya sudah sering menyedot
kontol cowok. Saya memang sangat memuja kontol. Bahkan di laciku ada
sebuah dildo (kontol palsu) yang sering kucium sebelum saya tidur. Dari
semua kontol yang pernah kusedot, kontol abang itulah yang paling enak!
Kepalanya pun terasa licin dan enak di lidah. Apalagi dia baik sekali,
menghadiahkanku precum banyak sekali. Saya sampai kewalahan menyedot
precumnya. Enak banget.

"MMPPHH.. MMPPHH.. MM.." Saya hanya mampu bersuara seperti itu, dengan
kontol abang itu menyumbat mulutku. SLURP! SLURP!

Abang itu mengerang semakin keras dan dia mulai ingin mengendalikan
permainan. Kini dialah yang pro-aktif. Kontolnya disodok-sodokkan ke
dalam mulutku seperti gerakan orang ngentot. Namun saya bersikeras untuk
menyedotnya, maka pertarungan pun terjadi. Mulutku sering kali
bertabrakkan dengan kontolnya. Dia ingin mengentot mulutku dan saya
ingin menyedot kontolnya. Sampai akhirnya dia pun tiba pada puncak
kenikmatannya.

Dengan melenguh panjang bak kerbau, kontol abang itu mengembang dan
mulai menembak-nembakkan pejuh ke dalam mulutku. CCRROOTT!! CCRROOTT!!
CCRROOTT!! CCRROOTT!! Langsung saja kusedot dan kutelan semua pejuhnya
itu. Mm.. Sungguh nikmat! Pejuh terlezat yang pernah kutelan. Rasa asin,
pahit, dan manisnya bercampur dan terasa pas di lidah. CCRROTT!!
CCROOTT!! Sementara itu, abang itu terus saja mengerang-ngerang sampai
pejuhnya habis terkuras di dalam mulutku.

"AARRGGHH!! UUGGHH!! ARRGGHH!! OOHH!! AARRGGHH!!" Tubuhnya terkulai
lemas, namun masih sanggup berdiri. Setelah kontolnya bersih kujilati,
baru kulepaskan kontolnya dari mulutku. Setetes pejuhnya menempel di
bibirku namun langsung kujilat habis. SLURP!

"Abang masih kuat? Sebab gue masih belum dientot dan gue kepengen banget
dientot. Ayolah, Bang. Ngentot yach?" mohonku sambil menunggingkan
pantatku dan memain-mainkan lubang anusku dengan jariku.

Saya merasa sangat rendah seperti pelacur, namun saya tak dapat
menyangkal hasrat birahi homoseksualku untuk abang itu. Pokoknya abang
itu harus menancapkan kontolnya di anusku! Abang itu hanya tersenyum
mesum melihat kelakuanku. Lalu tanpa bicara, dia langsung menarik tubuhku.

Sebelumnya saya sedang menungging dengan pantatku menghadap wajahnya.
Abang itu menarikku ke arahnya, tepat ke kontolnya! Kontol abang itu
besar sekali, tapi saya tidak takut. Malah saya mengharapkan kontol itu
untuk merusak anusku. Saya ingin disodomi! Saya ingin dingentot! Saya
ingin berhomoseks! Ngentotin saya! Dan abang itu pun mengentotin pantatku.

Sambil memelukku dari belakang, abang itu menusuk-nusuk lubang anusku
dengan kontolnya. Butuh beberapa saat sampai kontolnya akhirnya berhasil
masuk dan membenamkan dirinya. PLOP! Aahh.. Hangat sekali kontolnya.
Abang itu meraba-raba tubuh bagian depanku, terutama dada dan putingku.
Tak lupa juga dia mengerjain kontolku yang sudah belepotan precum. Kami
terbakar nafsu dan kami akan segera terbakar hangus.

"AARRGGHH!!" erangku saat dia mulai menggenjot pantatnya.
"AARRGGHH!! AAHH!! sakit sekali, Bang! AARRGGHH..!! Ayo, terus!
AARRGGHH!! ngentot yang keras.. AAHH.. OOHH!!" Meskipun sakit,
kupaksakan diriku karena saya memang butuh kontol.
"AARRGGHH!! UUGGHH!! OOHH!!"

Eranganku semakin menjadi-jadi saat abang itu semakin membabi-buta
dengan ngentotnya. Lubang anusku dipaksa untuk mengakomodasi kontolnya
yang gemuk. Belum pernah ada kontol sebesar itu masuk menginvasi anusku.

"AARRGGHH!!" erangku lagi.
"Oohh.. Aahh.. Hhoohh.. Oohh.. Hhoosshh.." napas abang itu menderu-deru
seperti banteng ngamuk.

Matanya tertuju pada punggungku, serius sekali. Wajahnya sedikit
meringis menahan rasa sakit akibat kontolnya harus dipaksakan masuk ke
lubang sesempit anusku. Namun dia juga puas dan memaksakan dirinya.
Kontolnya terus menerus memompa lubangku bagaikan kerja mesin yang tiada
henti. Seiring dengan sodokannya dia selalu menyuarakan erangannya.

"AARGGH!! AARRGGHH!! AARGHH!! AARRGGHH!!" Cairan precum semakin banyak
dikeluarkan kontolnya, melumasi jalan masuk ke anusku. Kontolnya
kurasakan berkedut-kedut dengan gairah.
"Aahh.. Oohh.. BANGSAT! aahh.. Ketat banget pantat loe.. Aahh.."

Dengan memegangi pundakku, abang itu menyodomiku makin keras. Semakin
lama, tubuh kami saling terguncang akibat sodokan kontolnya yang maha
dahsyat.

"AAHH.."

Syaa terpaksa harus mengocok kontolku sendiri karena abang itu telah
berhenti mengerjai kontolku. Tanpa ampun, saya remas dan saya kocok
kontolku, memaksaku untuk ngecret secepat mungkin. Nafsu birahiku
semakin tinggi dan terlihat apd akontolku yang semakin ngaceng. Rasanya
nyaris sakit, sebab kontolku butuh pelepasan dengan ngecret.

"AARRGGHH!!" erangku.
"Ngentot terus.. AAHH.. OOHH.. Ngentot! aahh.. Negntot terus! oohh..!!"

Kontolku mulai berkedut-kedut, pertanda orgasmeku mendekat. Demikian
pula dengan kontol abang itu, juga mulai berkedut-kedut. Kami akan ngecret!

"AARRGGHH!! BANGSAT! Gue bakal ngecret! AARRGGHH!! Terima pejuh gue!!
AARRGGHH!!" Dengan itu, abang itu pun mendorong kontolnya sedalam
mungkin dan terjepit di dalam tubuhku.
"AARRGGHH!!" Kontolnya akhirnya meledak, memuncratkan pejuh berliter-liter.

CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Sementara itu, dia terus-menerus
mengerang-ngerang dan menggeliat-geliat, mirip orang kesakitan.

"AARRGGH!! UUGGHH!! OOHH!! AARRGGHH!! UUGGHH!!"

Sungguh pria yang sangat jantan, pejuhnya terasa sangat penuh
sampai-sampai saya merasa seakan-akan pejuhnya akan keluar lewat
hidungku. Rasanya pun hangat; sekujur tubuhku menghangat dan rasanya
sungguh nyaman.

Lalu tibalah giliranku..

"AARGGHH!!" Tubuhku mengejang-ngejang seperti kuda liar lalu kontolku
memuntahkan isinya. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Pejuhku muncrat
banyak sekali, membasahi tubuhku dan juga lantai.
"AARRGGHH!! UUGGHH!! OOHH!! AARRGGHH!!" Orgasme menyiksa tubuhku dan
saya harus menggeliat-geliat, menahan kenikmatan.

Abang itu lengah dan kontolnya pun terlepas. PLOP! Seiring dengan itu,
banjir pejuh langsung mengalir dari luabng anusku yang menganga.
Bayangkan saja tampangku pada saat itu. Pejuh keluar dari kontolku dan
lubang pantatku. Lantai kamarku kotor sekali. Saya lalu terjatuh ke
lantai, lemas sekali. Tubuhku bermandikan keringat dan pejuh. Sementara
itu abang ganteng itu menundukkan badannya dan menciumiku. Tangannya
menepuk pantatku. Kudengar dia bersiul.

"Wah, lobang pantat loe menganga terbuka, kayak angka nol." Dia pun
tertawa dengan leluconnya sendiri.
"Abang suka ama lobang pantat gue?" tanyaku, membalikkan tubuhku dan
memandangnya.

Astaga, saya berharap saya dapat menjadi kekasihnya. Tubuhnya, wajahnya,
suaranya, dan kontolnya, semuanya saya suka. Namun apakah dia akan
mencintai seorang cowok Cina seperti diriku? Kontolku kembali berdiri
dan berkedut-kedut saat pikiranku melayang membayangkan abang itu dan
saya naik ke atas ranjang pelaminan sebagai sepasang pengantin homo.

"Ya, Abang suka banget ama loe. Dan kalo boleh, Abang pengen ngentotin
loe lagi," katanya, menciumi leherku dengan bernafsu.

"Astaga? Lagi?", pikirku. Namun saya senang, akhirnya saya menemukan
pria yang bisa mengimbangi nafsu seks-ku. Kami berdua sama-sama suka
berhomoseks. Dan kami pun kembali ngentot. AARRGGHH!! Kurasakan lubang
pantaku semakin besar, di-bor oleh kontolnya. Kuharap anusku bisa sembuh
dan tidak menganga seperti angka 0 untuk selamanya

2 komentar: